Pagi itu sangat sejuk, burung bernyanyi berkicauan dibawah
langit biru nan cerah, udara segar sangat terasa menusuk jiwa. Disisi lain,
Abdull seorang anak muda yang sedang kasmaran baru terbangun dari tidurnya, ia
kemudian menyiapkan semua keperluan sekolah nya lekas mandi lalu sarapan. Ia
lalu
berangkat sekolah menggunakan sepeda tua yang mulai usang dan agak berkarat,
karena memang abdull tidak sekaya teman-teman sekolahnya yang pergi menggunakan
motor atau kadang ada yang diantar naik mobil oleh orang tuanya. Namun, ketidak
punyaan itu tidak menyulutkan semangat abdull untuk belajar dan mengejar cinta
Aisyah.
Aisyah adalah perempuan manis baik hati dan tentunya pintar
jadi wajar saja jika abdull menyukainya, sayangnya amat banyak juga yang
mencintai aisyah. Kadang abdull selalu minder dengan sainganya untuk
mendapatkan aisyah, terutama dari segi wajah abdull gak ganteng ganteng amat.
Hari itu abdul melihat aisyah berjalan dengan kakak kelasnya
yang mungkin juga dia mencintainya, seketika hati abdull merasa sakit bagai
teriris pisau dapur yang tumpul. Namun abdull berpura pura tegar menghadapi
semua itu, walau kadang emosi tak terbendung lagi.namun apa daya punguk hanya bisa merindukan sang bulan.
Singkat cerita abdull mengirim pesan SMS pada aisyah, “Assalamualaikum”
kirim abdull, dan tak lama handphone abdull berbunyi tanda pesan masuk “walaikum
salam” isi pesan dari aisyah awalnya percakapan abdull dan aisyah berjalan
lancar sebagaimana mestinya, namun tak berapa lama abdull menerima pesan masuk
dari nomor yang tak diketahui, “Hehhhh” isi pesan yang membuat abdull bingung,
namun abdull tak ambil fikir, ia langsung saja membalasnya dengan singkat “maaf
siapa yah?” tulisnya. Tak lama kemudian dia membalas “kamu gak usah deketin
aisyah lo gak menghargai gue” isi pesan itu, awalnyya abdull kaget membaca
pesan tersebut, namun akhirnya abdul tahu kalau itu adalah deden pacar aisyah,
dengan santai abdull menjawab “hak, anda apa hingga melarang saya
menghubunginya ?” ketik abdull dalam pesanya.
Karena tak kunjunng dibalas akhirnya abdull memberanikan diri untuk
menelponya dan terjadilah percakapan yang agak memanas diantara abdull dan
deden;
Abdull : “ salam, hallo deden yah ?”
Deden: “iyah, apa hah ? loe itu gak sopan banget” dengan
suara meninggi
Abdull: “loh kenapa sih kamu, saya gak sopanya sebelah mana
?jelaskan !” dengan agak emosi
Deden : “heh, asal loe tahu ajah yah, aisyah itu pacar gue,
dan apa hak loe SMS dia, dan gue juga benci liat loe deket sama dia
disekolah, loe sama jah gak ngehargaiin gue, ?”
Abdull : “ouh, sadarlah kawan, kamu sudah dibutakan akan
cinta, kamu mencaciku atas nama cinta, aku juga gak nyalahin kamu, wajar kamu
cemburu akan cinta” jawab abdull dengan lembut
Deden : “pokoknya masalah ini harus diselesaikan secara
jantan” dengan suaara agak marah
Abdull : “jantan gimana maksudnya ? berkelahi? Apa bedanya
kita sama ayam
Deden :”gue gak mau tahu dasar anjing lo?”
Abdull : “ kalo boleh jujur, gue juga suka sama dia dan loe
juga suka sama dia, kita sama-sama cinta sama dia, dipertandingan ini kamu
menang telah mendapatkan cinta dan raganya, yah aku memang salah, namun gak
sedikitpun niat gue buat merebut dia”
Deden : “gue minta loe jauhin dia mulai saat ini”
Abdull :”tanpa loe minta, gue juga ngerti kok”
Dan akhirnya percakapan yang teramat teggang itu dimenangkan
oleh deden dengan kesimpulan kalau abdull tidak bolleh mendekati aisyah. Hari-haripun
berlalu tak sedikitpun waktu yang terlewati oleh abdull, semua orang tahu kalau
hati abdull pasti terluka saat itu, bahkan sejak hari itu, abdull tak pernah memandang
wajah aisyah, yang bahkan dari jauh pun abdull masih tak berani, karena memang
janji adalah janji yang harus tetap ditepatinya.
Bahkan, ketika hari-hari yang terlewati sudah amat
berlalupun abdull masih bungkam dan memilih mengubur kepahitan cinta yang
dialaminya sendiri bersama sepi, yang mungkin suatu hari nanti abdull akan mati
terbunuh rindunya pada aisyah, munafik memang namun itulah arti sebuah
pengorbanan, cinta tak harus bersama tak harus sejalan karena abdull yakin
ketika sang kekasih bahagia, hatinyapun akan bahagia walaupun dengan cara yang
amat menyakitkan.
Percalah aku tak
sekuat itu
Percayalah aku tak sehebat itu
Dan percayalah aku tak setangguh itu
Labels:
cerpen
Thanks for reading Ketika cinta tak harus memiliki (Cerpen). Please share...!
0 Komentar untuk "Ketika cinta tak harus memiliki (Cerpen)"