Pengembara Gila yang mencari sesuatu atas nama Cinta

Motivasi Menulis

Pangeran wese

pagi ini aku melamun tanpa arah tanpa haluan, cuaca memang sangat cerah tapi tidak untuk seorang pemalas sepertiku ditambah lagi jam pelajaran sejarah yang membuat siapapun malas untuk mendengarkanya ya termasuk diriku sendiri karena memang sejarah harusnya untuk dikenang dan bukan untuk dipelajari.



aku duduk dideretan kursi belakang tepat disamping jendela kelas yang selalu terbuka.
jendela yang menghadap pada satu titik dimana dia duduk disamping jendela sepertiku, kadang dia terlihat sedih kadang dia terlihat ceria dan kadang dia terlihat sangat cantik, ya walaupun kadang kadang, yang pasti dia memang cantik, wajahnya yang manis berwarna putih dibalut bibir merahnya dan gigi gingsul yang terhimpit diantara senyum lembutnya membuat siapapun akan diam melihat keindahan makhluk tuhan yang satu ini, ah persetan, inih pasti mimpi disiang bolong mana mungkin dia memikirkan apa yang aku pikirkan.

ditengah lamunanku antara mimpi atau realita tiba-tiba penghapus melayang dengan kecepatan sangat tinggi dan mengenai kepalaku, “Pletekkk !!” suara yang sangat terdengar keras sampai seluruh makhluk yang hidup didunia ini bisa mendengarnya,

“Faris, !!! kamu sedang ngelamunin apa” suara yang amat nyaring merasuki telingaku hingga membuatku jantungan, yah dia adalah guru parubaya yang mengajar sejarah dikelasku salah satu guru yang tidak disukai oleh seluruh murid di indonesia.

“ehhh anu bu saya ngantuk” aku mencoba memberi argumen agar aku tidak terkena amukanya yang sangat menakutkan “kalo mau tidur dirumah jangan dikelas” bentaknya. lalu aku menjawab dengan sedikit menunduk “maaf bu” sahutku pelan, “ya sudah kamu ke toilet sana cuci tuh wajah biar gak ngantuk” bentaknya sambil mencangkok kedua tangan dipinggulnya,, dan tanpa basa basi aku langsung otw toilet.

“sial, baru ngeliatin diana ajah, aku sudah kena marah. gimana kalo memilikinya hehehe”
aku membasuh wajahku yang sudah kulinyam penuh minyak ini biar tidak mengantuk walaupun sebenarnya aku tidak terlalu ngantuk sih, kemudian terlintas dalam benaku untuk mencoret coret dingding WC ini untuk sekedar melepas kesalku hari ini. lalu aku mengeluarkan pulpenku yang tintanya sudah hampir habis, itupun hasil merampok punya teman hehehe,,

lantas dengan sekuat tenaga aku menggoreskan pulpenku dengan tulisan “Diana kekasihku”
aku mengukirnya dengan indah ditembok berharap dapat dibaca semua murid satu sekolah, disaat aku sedang asik asik mengukir namanya ditembok tiba-tiba “Dor dor dor” ada ketukan pintu yang mengagetkanku lantas pulpen yang ku pegangpun terlempar ke atas lalu “Clupp” ouhhh sial pulpenya masuk ke dalam WC aku bingung bagaimana cara mengambilnya, belum lagi pintu terus digedor gedor bagaikan polisi menangkap maling dirumahnya..

“woy sebentar dong lagi kebelet nih” teriaku sambil berusaha mengambil pulpen yang tercebur kedalam WC, karena masalahnya, nanti pasti yang masuk WC tahu kalau aku satu diantara murid yang suka mencorat coret dinding WC. dengan keberanian hati dan tekad yang kuat sekebal baja aku memberanikan diriku mengambil pulpenya menggunkan tanganku, tak lupa aku membaca doa kepada yang maha kuasa semoga tak terjadi apa apa setelah tanganku masuk ke kubangan air WC ini. dan perlahan tapi pasti tanganku mulai masuk kedalam lubang sedikit demi sedikit dan ahhh terus anchh iyah terus unc unch dan arghhhh akhirnya aku berhasil juga menyelamatkan barang bukti agar bisa ku buang jauh jauh supaya aku tidak terciduk siapapun.

“byurrr byurrr byurr” aku siram tanganku yang penuh darah perjuangan ini, lantas aku bersiap keluar dan pergi kembali ke kelas, namun masalah tidak berakhir disitu, betapa kagetnya diriku saat ku buka pintu WC yang rapuh termakan rayap rayap jahat, semua badanku bergetar aku menggigil dan tak tahu harus berkata apa betapa tidak, orang yang namanya baru saja aku tulis di tembok saat ini berdiri dihadapanku dia berkata “Sudah belum ? kok lama sih”  ucapnya dengan lemah lembut aku hanya diam dan lantas menjawab “ehh nganu, ada yang ketinggalan didalam, bentar yah” aku langsung membanting pintu dan masuk kedalam WC lagi bagaimanapun aku harus menghapus tulisan tadi, lalu tanpa pikir panjang aku menginjakan sepatuku yang kotor ke tembok wc dan uhh seketika langsung terhapus namun yang mengerikan adalah temboknya sangat kotor sekali tapi tidak apa apa yang penting aman, akupun keluar wc dengan lega sekali namun ketika ku buka pintu wc diana sudah tidak ada lagi dan akupun bergegas kembali ke kelas lantas duduk dan mendengarkan kembali pelajaran dengan hidmat damai dan tentram...

hari itu aku berfikir bahwa mungkin diana adalah keindahan yang tuhan ciptakan namun bagiku dia hanya seseorang biasa yang sama seperti yang lainya, tergantung dari sudut mana kita memandangnya juga karena yang jelas ingatlah satu pepatah
ketika bibir tak mampu menyapa lewat kata,
maka biarkanlah hati yang menyapa lewat doa”



Daftar isi    puisi    cerpen
Labels: cerpen

Thanks for reading Pangeran wese. Please share...!

0 Komentar untuk "Pangeran wese"

Bahagia Gak Harus Sama Dia

  Catatan Ke-1 Ciamis pagi itu terlihat mendung. ketika kutatap langit, awan-awan terlihat berwarna hitam pucat. Jalanan kota dipenuhi ken...

Back To Top