Pengembara Gila yang mencari sesuatu atas nama Cinta

Motivasi Menulis

Gagal Move On #1 (cerpen)





Hangat sinar mentari menusuk tubuhku yang terbujur kaku tertidur tak berdaya di dalam kamar, kepala ini terasa sakit, perlahan lahan ku buka mata ini mata yang redup menahan sinar surya pagi yang amat menyilaukan mata.
Perlahan tapi pasti, ingatankku mulai membaik seiringan dengan itu kesedihan mulai menghantuiku lagi, betapa tidak ! aku sadar telah mengutarakan perasaanku pada fatimah gadis yang aku cintai sejak lama, dan dia masih bungkam tak menjawab sepatah katapun.

Aku tahu, dia sudah menjadi milik orang lain, namun apakah salah jika aku hanya meminta jawaban atas pertanyaan yang teramat mudah ?. saat itu kepalaku sakit kembali dan kesedihan yang muncul membuat raga ini lemah tak bergairah.  Sambil gemetar, ku langkahkan kaki ini untuk membuka jendela kamar, setelah ku buka ternyata matahari sudah agak  meninggi, kulihat burung-burung terbang tak tahu arah ayam-ayam bernyanyi dengan ketukan tak jelas dan kulihat langit teramat cerah namun tak secerah hati yang kelam terbunuh cinta ini.

Segala kenangan indah, harus kulupakan begitu saja, apa mungkin bisa ?
Aku lantas  pergi menuju kamar mandi, untuk membersihkan raga yang teramat kotor bagai tentara yang telah berjuang atas nama cinta, berharap semua kenangan semu hilang pudar bersama air yang seiring kusiramkan pada tubuh ini. Setelah selesai aku langsung pergi keluar untuk mencari udara segar dipagi yang teramat cerah.  Angin berhembus kencang, daun berguguran seketika awan yang teramat cerah berganti menjadi awan kelabu hitam yang teramat menakutkan untuk diceritakan, aku langkahkan kaki pergi ke suatu tempat kesebuah padang rumput yang teramat luas sendiri berjalan bersama sepi. Hingga akhirnya hujan turun sedikit demi sedikit, membasahiku. Lantas ku tatapkan kedua mataku ke atas langit yang begitu muram sambil ku katakan sesuatu “kenapa kamu menangis? Kumohon berhentilah, itu hanya akan membuatku ikut menangis juga” ucapku seiring mengeluarkan air mata. dalam fikir sebaiknya aku pulang dan istirahat, apagunanya aku mencari ketenangan jika memang tak bisa melupakan kenangan yang teramat manis ini.

Sambil tertunduk lemas dengan pakaian yang terbasahi hujan, kulangkahkan kaki tuk pulang kerumah,lalu kubaringkan tubuh ini ke kasur dikamar yang tak peduli walau seluruh badanku basah, sampai akhirnya aku tertidur bersama kenangan yang terbawa hingga kubermimpi. Aku bermimpi kita berdua bersama berlarian kesana kemari dan akan terus bersama. mimpi yang teramat indah untuk kulalui. Sayangnya, seorang temanku membangunkanku dari mimpi indahku,

Waldin : “brow, bangun udah mau maghrib masih aja tidur?” Bangun dong ! ujarnya
Aku :  “ah, gila udah lama berarti aku tidur yahh ? udah jam 5 sore nih, mandi dulu ah”
Waldin: “yah, baru nyadar yah loe ? ya udah buruan mandi dulu.”
Selesai mandi aku dan waldin duduk dipelataran rumah sambil menikmati secangkir kopi dan menikmati senja yang sudah mulai menggelap, sang surya melambaikan tanganya pada kami sekan berkata bahwa esok kita akan bertemu kembali. Lantas kami bercerita kesana kemari tak tentu arah dan topik tujuan. Tak terasa waktu sudah menjelang malam, tiba-tiba waldin mengajaku kesuatu tempat untuk sekedar menghilangkan kerisauan jiwa ini.

Waldin : “dari pada kita menggalau, ayo mending kita pergi kesuatu tempat”
Aku    : “kemana tempat itu ? kalau Cuma buang waktu, apa gunanya lah?”
Waldin :”kita pergi ketepi pantai sambil menikmati indahnya bulan purnama,gimana?”
Aku:”ide yang menarik, ayolah langsung ajah”
Kami berdua akhirnya pergi ke tepi pantai, aku merebahkan diriku sejenak diatas hamparan pasir dibawah cahaya rembulan,walau kadang sosoknya selalu terbayang dibenaku, lalu tiba-tiba dari jauh waldin datang membawa bingkisan ditanganya.
Aku : “darimana bro, kok lama banget sih ?”
Waldin :”biasalah cari yang anget-anget nih”
Aku : “emang lo nyari apaan sih segitu lamanya ?”
Waldin “ yah Cuma penghangat tubuh” sambil mengeluarkan 2 botol miras
Aku:  “ahh, gila kita mau minum miras ceritanya nih ?”
Waldin :”udah gak papa,kalo Cuma sesekali kan bisa-bisa ajah”sambil membuka botol miras

Akhirnya Kami berdua  asik meminum miras sampai kami mabuk, kami bernyanyi  tak jelas  sambil tiduran di atas pasir pantai,ketika kami sedang asik bernyanyi  lalu aku merasakan kalo hapeku berdering dering. Aku langsung melihat handphone ku dan ada sms masuk, dari teman kenalan yang biasa aku curhat dia adalah imey, dengan mata tersayup-sayup aku membaca pesanya “kamu,dimana tumben beberapa hari ini gak ada kabar ?’’ seketika jemariku mengetik begitu sajah lalu ku tekan kirim. Tak lama hapeku kembali berdering dan kulihat ternyata dari imey lagi “iyah, aku juga sama” aku hiraukan saja dan terus melanjutkan kenakalanku dengan waldin. Waktu sudah amat larut, akhirnya kami pulang walau dengan kondisi mabuk berat, karena terlalu mabuk. Kami terperosok saat mengemudikan sepeda motor sampai luka-luka. Kamipun hanya tertawa menanggapi kejadian itu, lantas kami melanjutkan perjalanan hingga akhirnya sampai rumah dan tertidur pulas sampai esok.

Kami, tertidur sangat pulas sampai kami bangun sudah sangat siang. Aku lantas pergi ke kamar mandi dengan kepala yang masih agak pusing dan jalan sempoyongan.  Beberapa hari aku habiskan waktu dengan mengurung diri dikamar, ketika sedang tiduran aku mendengar suara hape berdering, lantas aku mencarinya karena memang aku beberapa hari ini tidak memegang handphoneku setelah ketemu aku membuka layar handphone dan kulihat banyak pesan masuk ada yang menanyakan kabarku ada yang menanyakan kenapa aku tidak masuk sekolah dan ada beberapa pesan dari imey, aku buka satu persatu pesan dari imey, “kamu dimana kok gak ada kabar?” “kamu lagi ngapain?” “kok, gak dibales?” “yang, kok diem ajah?” “maaf aku gak bisa diginiin terus,mulai sekarang kita gak akan berhubungan lagi,kita putus”

 seketika aku kaget setengah mati kenapa imey temanku mengirim pesan itu, dan setelah aku selidiki ternyata beberapa hari yang lalu tepat ketika aku sedang mabuk, aku menembak dia lewat sms, apa mau dikata, saat itu kami sudah jadian. Aku hanya bisa terdiam sambil tertawa terbawa suasana, bagaimana mungkin aku menembak dia disaat keadaanku sedang mabuk justru dia  menerimaku. Namun apa mau dikata, semua hanya lelucon singkat yang tak bermakna, nasi sudah menjadi bubur. Disisi lain aku bingung harus bicara apa pada imey, karena mungkin aku sudah melukai hatinya, namun aku tetap bungkam tak bersuara karena memang hal itu terjadi begitu saja tanpa sepengetahuanku, alhasil sejak saat itu imey menghilang dari kehidupanku, begitupun fatimah yang masih diam menggantungkan cintaku yang telah lama masih belum terjawab.
Entah apa yang ada didalam benak fatimah aku masih belum tahu pasti, dia tetap diam disaat aku menangis. Dia tidak menerima cintaku dan tidak pula menolaku, namun aku yakin dari lubuk hatinya yang paling dalam, dia tidak ingin melukaiku, sampai kapan kamu akan diam? Ahh, entahlah aku hanya bisa pasrah dengan kesendirian ini, karena aku sadar cinta adalah anugrah sang pencipta sebisa mungkin aku akan tetap menunggunya sampai kapanpun untuk menanyakan cintanya.




Labels: cerpen

Thanks for reading Gagal Move On #1 (cerpen). Please share...!

0 Komentar untuk "Gagal Move On #1 (cerpen)"

Bahagia Gak Harus Sama Dia

  Catatan Ke-1 Ciamis pagi itu terlihat mendung. ketika kutatap langit, awan-awan terlihat berwarna hitam pucat. Jalanan kota dipenuhi ken...

Back To Top